Senin, 04 Mei 2015

ULUMUL QUR'AN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    PENGERTIAN ULUMUL QUR’AN
            Yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an (‘Ulum Al-Qur’an) adalah ilmu-ilmu yang membahas segala sesuatu tentang Al-Qur’an, mulai dari pengertian Al-Qur’an, pengertian wahyu, sejarah turunnya Al-Qur’an, sejarah pengumpulan Al-Qur’an, makkiyah dan madaniyah, latar belakang turunnya ayat atau kelompok ayat tertentu, kisah-kisah dalam Al-Qur’an, mukjiazat Al-Qur’an dan lain sebagainya sampai kepada pembahasan tentang tafsir Al-Qur’an.
·         Muhammad ‘Abd al-Azhim as-Zarqani
Jika ditinjau dari segi bahasa semata, maka semua ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an dapat disebut sebagai Ulumul Qur’an. Tetapi di dalam sejarah ilmu ini, ilmu-ilmu yang sekali pun berasal dari kajian tentang Al-Qur’an, tetapi sudah menjadi ilmu sendiri tidak dimasukkan dalam kategori Ulumul Qur’an. Misalnya ilmu fiqh dan ushul fiqh, sekalipuun pada awalnya ilmu itu lahir dari kajian terhadap ayat-ayat tentang masalah hukum dalam Al-Qur’an, tetapi karena sudah berkembang sedemikian rupa dan sudah menjadi ilmu sendiri, maka kedua ilmu tersebut tidak dimasukkan dalam kajian Ulumul Qur’an.

B.     RUANG LINGKUP ULUMUL QUR’AN
Ruang lingkup Ulumul Qur'an adalah segala pembahasan mengenai Al-Qur'an baik langsung maupun tidak langsung. Dalam buku ini, ruang lingkup Ulumul Qur'an dapat terlihat dalam daftar isi sebelumnya. Mula-mula dibahas tentang pengertian Al-Qur'an, baik secara etimologis maupun terminologis, termasuk di dalamnya tentang wahyu. Kemudian dibahas tentang bagaimana cara Al-Qur'an turun dari Allah SWT ke Lauh Mahfuzh, dari Lauh Mahfuzh ke Baitul 'Izzah di langit dunia, dan dari Baitul 'Izzah kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah itu dibahas tentang makkiyah dan madaniyah, apa yang menjadi ukuran satu surat atau ayat dikelompokkan menjadi makkiyah dan madaniyah, apakah tempat turunnya, waktu turunnya atau sasaran kepada siapa pesan-pesan Al-Qur'an disampaikan.

C.    PEMBUKUAN DAN PEMBAKUAN ULMUL QUR’AN
Rasulullah SAW dan para sahabat tentu lebih tahu tentang Al-Qur'an dan Ulumul Qur'an dibandingkan dengan para ulama mana pun yang datang kemudian. Akan tetapi pengetahuan mereka belum lagi tersusun dalam bentuk disiplin ilmu seperti yang dikenal belakangan dan belum ditulis dalam buku sendiri karena mereka belum memerlukannya.

D.    KEMUNGKINAN PENGEMBANGAN ULUMUL QUR’AN
Apakah Ulumul Qur'an masih mungkin dikembangkan? Misalnya kita ambil contoh kasus asbabun nuzul. Tidak ada cara untuk mengetahui asbabun nuzul kecuali melalui riwayat yang sahih dari Nabi dan para sahabat yang menyaksikan turunnya ayat-ayat Al-Qur'an dan mengetahui peristiwa yang terjadi atau pertanyaan yang diajukan kepada Nabi Muhammad SAW yang melatarbelakangi turunnya ayat tersebut. Al-Wahidi menyatakan: "Tidak boleh berpendapat mengenai asbabun nuzul kecuali dengan berdasarkan kepada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-sebabnya dan membahas tentang pengertiannya serta bersungguh-sugguh dalam mencarinya".


BAB II
AL-QUR’AN
DAN WAHYU

A.    PENGERTIAN AL-QUR’AN
         Secara etimologis Al-Qur’an adalah mashdar (infinitif) dari qara—yaqra-u—qira-atan-qur’a-nan yang berarti bacaan.
         Disamping dalam pengertian mashdar dengan pengertian bacaan atau cara membacanya. Qur’an juga dapat dipahami dalam pengertioan maf’ul, dengan penngertian yang dibaca (maqru’). Dalam hal ini apa yang dibaca (maqru) diberi nama bacaan (qur’an) atau penamaan maf’ul dengan mashdar.
1.      Al-Qur’an
Dinamai Al-Qur'an, karena kitab suci terakhir yang diturunkan Allah SWT ini berfungsi sebagai bacaan sesuai dengan arti kata Qur'an itu sendiri sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bagian awal bab ini.

2.      Al-Kitab
Al-Kitab secara bahasa berarti al-jam'u (mengumpulkan). Menurut as-Suyuthi, dinamai Al-Kitab karena Al-Qur'an mengumpulkan berbaga macam ilmu, kisah dan berita. Menurut Muhammad Abdullah Draz, sebagaimana dikutip Manna' al-Qathan, Al-Qur'an di samping dipelihara melalui lisan, juga dipelihara dengan tulisan.

3.      Al-Furqan
Al-Furqan mashdar dari asal kata faraqa, dallam wazan fu’lan, mengambil bentuk shifat musyabahah dengan arti yang sangat memisahkan”. Dinamai demikian karena Al-Qur’an memisahkan dengan tegas antara haq dan batil, antara benar dan salah dan antara baik dan buru\k.

4.      Adz-Dzikir
Adz-Dzikr artinya ingat, menngingatkan. Dinamai Adz-Dzkir karena di dalam kitab suci ini terdapat pelajaran dan nasehat dan kisah umat masa yang lalu. Adz. Dzikr juga berarti asy-syaraf (kemuliaan) sebagaimana terdapat dalam firman Allah :
“Dan sesungguhynya Al-Qur’an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kellak kamu akan dimintai pertanggung jawaban” (Qs. Az-Zukhruf 43:44)

5.      At-Tanzil
At-Tanzil artinya yang benar-benar diturunkan. Dinamai demikian karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Kbi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.

Di antara sifat=-sifat Al-Qur’an yang disebutkan dalam beberapa ayat adalah sebagai berikut.
1.      Nur
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur’an”.

2.      Mau’izhah, Syifa’ Hudan dan Rahmah
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Q.S. Yunus 11:57)

3.      Mubin
"... Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan." (Q.S. Al-Maidah 5:15)

4.      Mubarak
"Dan ini (Al-Qur'an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya..." (Q.S. Al-An'am 6: 92)

5.      Basyir dan Nadzir
"Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan." (Q.S. Fushilat 41: 3-4)

6.      Majid
"Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia. (Q.S. Al-Buriij 85:21)

B.     PENGERTIAN WAHYU
Kata wahyu adalah bentuk mashdar (infinitif) dari auha-yuhi-ioahyan dengan dua pengertian pokok yaitu al-khafd' (tersembunyi) dan as-sur'ah (cepat). Oleh sebab itu, secaraetimologis wahyu didefinisikan sebagai:
"Pemberitahnan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui oleh yang lainnya"

C.    PENGGUNAAN ISTILAH WAHYU DALAM AL-QUR'AN
Istilah wahyu di dalam Al-Qur'an tidak hanya digunakan dalam pengertian firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya, tetapi juga digunakan dalam pengertian lain yang beragama. Berikut ini beberapa ayat Al-Qur'an yang menggunakan istilah wahyu dalam pengertian lain tersebut:
1.      Al-Ilham al-fithri li al-insan
"Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khaivatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khaivatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul." (Q.S. Al-Qashash 28:7)
Wahyu dalam ayat di atas berarti ilham yang diberikan Allah SWT kepada ibu Musa untuk menyusukan bayinya yang dihanyutkan ke sungai Nil dalam rangka menyelamatkannya dari pembunuhan semua bayi laki-laki Bani Israil sebagaimana yang diperintahkan Fir'aun.

2.      Al-Ilham al-gharizi li al-hayawdn
"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", (Q.S. An-Nahl 16:68)
Wahyu dalam ayat di atas berarti instink yang diberikan oleh Allah SWT kepada lebah untuk membuat sarang di bukit, pohon-pohon kayu dan tempat-tempat yang dibikin manusia.

3.      Al-Isydrah as-sari'ah
"Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang." (Q.S. Maryam 19:11)
Wahyu dalam ayat di atas berarti isyarat fisik yang diberikan oleh Zakariya kepada umatnya untuk bertasbih di waktu pagi dan petang. Ayat ini bercerita tentang Nabi Zakariya yang berpuasa bicara tiga hari tiga malam sebagai tanda isterinya akan hamil dan kemudian melahirkan Yahya.
4.      Waswasatu asy-Syaithdn
"Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik." (Q.S. Al-An'am 6:121)
Wahyu dalam ayat di atas berarti bisikan sesama syaitan untuk membantah orang-orang yang beriman.

5.      Ma yulqihillahu ila malaikatihi min amrin liyafaluhu
"(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahynkan kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka." (Q.S. Al-Anfal 8:12)
Wahyu dalam ayat di atas berarti perintah Allah SWT kepada para malaikat untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman (dalam Perang Badar) dan memasukkan rasa takut ke dalam hati musuh-musuh mereka kaum musyrikin Makkah.

D.    CARA TURUNNYA WAHYU KEPADA PARA NABI
Di dalam Surat As-Syura ayat 51 dijelaskan bagaimana Allah menurunkan wahyunya kepada seseorang. Allah SWT berfirman:
"Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahiva Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dcngan mengutus seorang utusan (malaikat) lain diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana." (Q. S. Asy-Syura 42:51)
Yang dimaksud dengan perantaraan wahyu dalam ayat di atas adalah melalui mimpi atau ilham. Sedangkan yang dimaksud dengan di belakang tabir ialah seorang dapat mendengar kalamllahi akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa AS. Rasul yang dimaksud dalam ayat di atas adalah Malaikat seperti Malaikat Jibril AS.
1.      Melalui Mimpi Yang Benar
Wahyu dengan cara disampaikkan langsung ke3pada para nabi tanpa perantara Malaikat. Contohnya adalah mimpi Nabi Ibrahim AS agar menyembelih puteranya Isma’il.
2.      Dari Balik Tabir
Wahyu dengan cara ini juga disampaikan secara langsung kepada para nabi tana perantara Malaikat. Nabi yang menerima wahyu dapat mendengaer kalam Illahi akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa AS.
3.      Melalui Perantara Malaikat
Ada dua cara Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW;
a.       Datang kepada Nabi suara seperti dencingan lonnceng dan suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga Nabi dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu.
b.      Malaikat menjelma menjadi seorang laki-laki lalu datang menyampaikan wahyu kepada Nabi.





BAB II
NUZUL AL-QUR’AN

A.    PENGERTIAN NUZUL AL-QUR’AN
Secara etimologis,         (turun) berarti (menempati suatu tempat); orang Arab mengatakan (Pangeran itu bertempat tinggal di kota). Dalam bentuk muta'addi  (menurunkan) berarti(menempatkan sesuatu pada suatu tempat), seperti dalam firman Allah SWT:  (Dan berdoalah: "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat."Q.S. Al-Mu'minun 23:29).
Dalam arti lain adalah (meluncurnya  sesuatu  dari  atas ke bawah),  seperti  dalam kalimat(Fulan turun dari gunung). Dalam bentuk muta'addi  (menurunkan) berar (mendorong sesuatu dari atas ke bawah), seperti dalam firman Allah SWT(dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit) Q.S. Al-Baqarah 2:22).

B.     CARA DAN FASE NUZUL AL-QUR’AN
1.      Nuzul Al-Qur’an ke Lauh Mahfuzh
Kapan dan bagaimana caranya Al-Qur'an diturunkan ke Lauh Mahfuzh adalah masalah ghaib-hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Yang jelas, kata Sayyid Quthub, keberadaan Al-Qur'an di Lauh Mahfuzh menunjukkan bahwa Al-Qur'an terpelihara, dan akan selalu menjadi rujukan akhir, yang mencakup segala persoalan, dan kepadanyalah dikembalikan semua perkataan.
Menurut az-Zarqani Al-Qur'an diturunkan ke Lauh Mahfuzh sekaligus, tidak bertahap seperti tatkala diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Argumen az-Zarqani: Pertama, teks ayat sendiri menunjukkan hal itu. Kedua, tidak ada alasan Al-Qur'an harus diturunkan bertahap pada fase ini, karena hikmah diturunnya Al-Qur'an secara bertahap tidak akan terwujud dan juga tidak diperlukan.

2.      Nuzul Al-Qur’an ke Bait Al-Izzah fi as Sama’ ad-Dunya
Tiga ayat di atas menjelaskan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada satu malam yang diberkahi, yaitu malam kemuliaan (lailatul qadr) dan malam itu adalah salah satu dari malam-malam Ramadhan. Menurut az-Zarqani yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur'an dalam tiga ayat di atas bukanlah turunnya kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi turun yang lain, karena sebagaimana diketahui, Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur dua puluh dua tahun lebih, bukan hanya satu malam saja. Beberapa riwayat yang sahih dari Ibn Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah turunnya Al-Qur'an dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-'Izzah di Langit Dunia.
Beberapa riwayat yang dimaksud oleh Az-Zarqani tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
a.       Riwayat Hakim
b.      Riwayat Nasa’i, Hakim dan Baihaqi
c.       Riwayat Hakim, Baihaqi dll
Ketiga riwayat Hakim, Nasa'i dan Baihaqi di atas yang menyatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan sekaligus ke Baitul 'Izzah fi as-Sama" ad-Dunya pada malam qadar-semuanya bersumber dari Ibn 'Abbas, bukan dari Rasulullah SAW. Artinya dari segi sanad riwayatnya berstatus mauquf, bukan marfu'. Akan tetapi karena menyangkut masalah ghaib, di mana Ibn Abbas tidak mungkin dapat mengetahuinya sendiri tanpa pemberitahuan dari Nabi Muhammad SAW, maka riwayat tersebut sekalipun mauquf dia bernilai marfu'.

3.      Nuzul Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW
Dari Bait al'Izzah di Langit Dunia, kemudian Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pertama kali pada malam Qadar, malam yang diberkati, yaitu pada salah saru malam bulan Ramadhan. Setelah itu Al-Qur'an diturunkan secara bersangsur-angsur selama lebih kurang 23 tahun.

C.    ARGUMEN DAN HIKMAH NUZUL AL-QUR’AN SECARA BERTAHAP
Kitab suci Al-Qur'an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur dalam dua priode, Makkah dan Madinah. Priode Makkah dimulai pada malam 17 Ramadhan tahun 41 dari Milad Nabi sampai dengan 1 Rabi' al-Awwal tahun 54 dari Milad Nabi (12 tahun 5 bulan 13 hari). Sedangkan priode Madinah dimulai tanggal 1 Rabi' al-Awwal tahun 54 sampai dengan 9 Dzulhijjah tahun 63 dari Milad Nabi, atau bertepatan dengan tahunn ke-10 dari Hijrah (9 tahun 9 bulan 9 hari). Jadi total lama kedua periode tersebut adalah 22 tahun 2 b ulan dan 22 hari.
Ringkasnya hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur adalah sebagai berikut :
1.      Untuk menguatkan jhati Nabi Muuhammad SAW dalam menerima dan menyampaikann kalam Allah kepada umat manusia. Dan juga dengan seringnya Nabi menerima wahyu, hati Nabi semakin kuat menghadapi celaan dan tantangan orang-orang kafir.
2.      Merupaan mukjizat bagi Nabi untuk menjawab dan mematahkan tantangan orang-orang kafir.
3.      Memuudahkan Nabi untuk membacakannya kepada umat, menjelaskan dan memberikan contoh-contoh pelaksanaannya.
4.      Memudahkan umat pada masa itu untuk menghafal, mencatat, dan memahami Al-Qur’an.
5.      Memberikan pengaruhnya yang besar dalam proses dakwah Islam dan pembentukan umat.
6.      Merupakan bkti yang pasti bahwa Al-QUR’AN AL-Karim diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.





















BAB IV
MAKKIYAH DAN MADANIYAH

A.    PENGERTIAN MAKKIYAH DAN MADANIAYH
1.      Berdasarkqan masa turunnya (‘itibar zaman an-nuzul). Yang diturunkan sebelum Hijrah dari Makkah ke Madinah disebut Makkiyah walaupun turunnya bukan di Makkah dan sekitarnya, yang diturunkan sesudah Hijrah dinamain Madaniayh wqalaupun turunnya buukan di Madinah dan sekitarnya.
2.      Berdasarkan tempat turunnya (‘itibar makann an-nuzul). Yang diturunkan di Makkah dan sekitarjnya (seperti Mina, Arafah dan HudaIBIYAH) DISEBUT Makkiyah dan yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya (sepertu Uhud,, Quba dan Sal’) dinamai Madaniayh.
3.      Berdasarkakn sasaran pembicaraan (‘itibar zaman al-mukhathab). Yang  ditujukan untuk penduduk Makkah dinamai Makkiyah dan yang ditujukan kepada pendudukan Madinah disebt Madaniyah.

B.     METODE MENGETAHUI MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Ada dua cara untuk mengetahui Makkiyah dan Madaniyah :
1.      Al-manhaj as-simai’i an-naqli. Melalui riwayat dari para sahabat yang menyaksikan turunnya wahyu dan juga dari tabi’in yang mengetahuinya dari para sahabat
2.      Al-manhaj al-qiyasi al-ijtihadi. Berdasarkan karakteristik surat atau ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah.
Metode pertama nntuk mengetahui Makkiyah dan Madaniyah adalah melallui riwayat yang sahih dari para sahabat yang menyaksikan turunya wahhyu dan juga dari tabi’in yang mengetahuinya dari sahabat. Metode ini disebut  al- manhaj as-simai’i an-naqli yang secara harfiah berarti metode pendengaran dan periwayatan.
      Metode yang kedua Al-manhaj as-simai’i an-naqli. Cara kerja metode ini adalah dengan mempelajari karakteristik surat-surat dan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah yang sudah diketahui melalui riwayat-riwayat yang dapat diterima.


C.    RIWAYAT SURAT-SURAT MAKKIYAH
Setelah mempelajari surat dan ayat-ayat Makkiyah, para ulama merumuskan kriterianya sebagai berikut:
1.                Setiap surat yang di dalamnya ada ayat sajadah
2.                Setiap surat yang di dalamnya ada lafazh Kalld (33x dalam 15 Surat)
3.                Setiap surat yang di dalamnya ada ayat Yd Ayyuhannds, dan tidak ada Yd Ayyuhalladzina dmanu (kecuali Surat Al-Hajj)
4.                Setiap surat yang di dalamnya ada kisah para Nabi dan umat-umat sebelumnya (kecuali Surat Al-Baqarah)
5.                Setiap surat yang di dalamnya ada kisah Nabi Adam dan Iblis (kecuali Surat Al-Baqarah)
6.                Setiap surat yang dibuka dengan huruf hijaiyah seperti Alif-lam-mim; Alif-lam-ra; Ha-mim dan semacamnya (kecuali Surat Al-Baqarah dan AH 'Imran)
7.                Surat-surat yang ayatnya pendek-pendek, bersajak, i'jdz al-'ibdrah dan padat isinya.
8.                Surat-surat yang berisi ajaran tentang aqidah (tauhid, menyembah Allah SWT semata, risalah Nabi Muhammad SAW, Hari Akhir, mujadalah kaum musyirikin dengan dalil-dalil akal dan ayat-ayat kauniyah)
9.                Surat-surat yang berisi peletakan dasar-dasar tasyri' dan keutamaan akhlaq mulia, celaan terhadap kejahatan kaum musyrikin seperti penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara aniaya, membunuh anak-anak perempuan dlsb.
D.    KRITERIA SURAT-SURAT MADANIYAH
1.                Setiap surat yang di dalamnya ada ayat Yd Ayyuhalladzina amcmu.
2.                Setiap surat yang di dalamnya ada faridhah (kewajiban) dan sanksi idana
3.                Setiap surat yang di dalamnya disebut tentang kaum munafikin (kecuali Surat Al-'Ankabut); mengungkap tentang prilaku mereka, membuka rahasia-rahasia mereka, dan menjelaskan bahaya kaum munafikin terhadap umat Islam.
4.       Setiap surat yang di dalamnya ada Mujddalah AM al-Kitab (Yahudi dan Nasrani), seruan terhadap mereka untuk masuk Islam, mengungkap pemalsuan al-kitab dlsb. Setiap surat yang di dalamnya ada ajaran tentang ibadah, mu'amalah, pidana, aturan berkeluarga, warisan, keutamaan jihad, hubungan sosial kemasyarakatan, hubungan antar negara dalam damai dan perang, kaedah-kaedah hukum dan persoalan tasyri'.
5.       Setiap surat yang ayatnya panjang-panjang, dan bergaya prosa liris.

E.     HAL-HAL KHUSUS MENGENAI MAKKIYAH DAN MADANIYAH
1.      Ayat Makkiyah dalam Surat Madaniyah
2.      Ayat Madaniyah dalam Surat Makkiyah
3.      Ayat yang diturunkan di Makkkah sedang hukumnya Madaniyah.
4.      Ayat yang diturunkan di Madaniha sedangg hukumnya Makkiyah.
5.      Ayath Madaniyah yang mirip dengan ayat Makkiyah.
6.      Ayat Makkiyah yang mirip dengan ayat Madaniyah.
7.      Ayat yang dibawah dari Makkah ke Madinah.
8.      Ayat yang dibawa dari Madinah ke Makkah.






BAB V
YANG PERTAMA DAN TERAKHIR DITURUNKAN

A.    PENGERTIAN YANG PERTAMA DI TERAKHIR DITURUNKAN
Yang dimaksud dengan yang pertama dan terakhir diturunkan ada dua macam:
1.  Ayat atau kelompok ayat yang pertama dan terakhir sekali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Bagian ini disebut yang pertama dan terakhir diturunkan secara mutlak
2.              Ayat atau kelompok ayat yang pertama dan terakhir sekali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam tema-tema tertentu, misalnya yang pertama dan terakhir diturunkan mengenai makanan, minuman, perang, dlsb.Bagian ini disebut yang pertama dan terakhir diturunkan dalam tema-tema tertentu.

B.     YANG PERTAMA DITURUNKAN SECARA MUTLAK
Ada empat pendapat ulama tentang yang pertama diturunkan secara mutlak.
1.      Yang pertama kali diturunkan adalah Surat Al’Alaq ayat 1-5.
2.      Yang pertama kali diturunkan adalah Surat Al-Mudatsir 74:1-5.
3.      Yang pertama kali diturunkan adalah Surat Al-Fatihah.
4.      Yang pertama kali diturunkan adalah Bismillahirrahmanirrahim.

C.    YANG TERAKHIR DITURUNKAN SECARA MUTLAK
         Para ulama berbeda pendapat tentang ayat yang terakhir diturunkan secara mutlak. Masing-masing pendapat berdasarkan kepada atsar dari sahabat dan tidak satupun pendapatyang berdasarkan hadits marfu’. Berikut ini adalah beberapa di antaranya :
1.      Yang terakhor diturunkan adalah Surat Al-Baqarah 278.
2.      Yang terakhor diturunkan adalah Surat Al-Baqarah 281.
3.      Yang terakhor diturunkan adalah Surat Al-Baqarah 282
4.      Yang terakhor diturunkan adalah Surat Al ‘Imran 195.
5.      Yang terakhor diturunkan adalah Surat An=-Nisa’ 93.
6.      Yang terakhor diturunkan adalah Surat An-Nisa’ 176.
7.      Yang terakhor diturunkan adalah Surat Al-Maidah 3.
8.      Yang terakhor diturunkan adalah Surat Al-Taubah 128-129.
9.      Yang terakhor diturunkan adalah Surat Al-Kahfi 110.
10.  Yang terakhor diturunkan adalah Surat Aln-Nashr.

D.    YANG PERTAMA DAN TERAKKHIR DITURUNKAN DALAM TEMA-TEMA TERTENTU
            Di samping tentang yang pertama dan terakhir dituurunkan secara mutlak,, para ulama juga meneliti yang pertama dan terakhir diturunkan dalam tema-tema tertentu. Berikut ini beberapa contoh di antaranya:
1.      Tentang makanan
Yang pertama kali diturunkan tentang makannan adalah Surat Al-An’am 145. Diturunkan di Makkah.
2.      Tentang Khamar
Yang pertama diturunkan mengenai khamar adalah Surat Al-Baqarah ayat 219. Diturunkan di Madinah.
3.      Tentang Perang
Yang pertama diturunkan mengenai perangg adalah Surat Al-Hajj ayat 39.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar